Senin, 05 Januari 2015

LITERATUR REVIEW: PENGARUH PERALATAN DAN MESIN KANTOR YANG ERGONOMIS BAGI KESEHATAN PEGAWAI

LITERATUR REVIEW: PENGARUH PERALATAN DAN MESIN KANTOR YANG ERGONOMIS BAGI KESEHATAN PEGAWAI

Puti Surya Andini (125211059)
Jurusan Administrasi Niaga Program Studi D-III Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Bandung

Abstract
One of the output from the application of ergonomics is the attainment of efficiency, comfort and safety for its users. Safety and health are the asic rights of the workers and one of the requirement to increased the worker’s productivity.  Ergonomics is the study of human behavior in relation to their work. Through the application of ergonomics are good then the number of work accidents can be minimized. The main principles of ergonomics is "fit the job / task to the man" that is adjust work to match the humans who do the work. The application of ergonomics in the workplace aims to keep workers on when working always with good health, comfortable, happy, and productive. To create the need for a will, ability, and good cooperation from all parties.  Although the implementation of the ergonomics safety and health principle in the enterprises had been applied and improved the healthy, safety, and productivity of the workers but the implementation in the entreprises especially in the small and medium enterprises are still far from expectation.
Keywords: Office, Office Ergonomic, Occupational Safety and Health



PENDAHULUAN
          Di setiap kantor memiliki tata ruang kerja yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pada kantor.  Ruangan pada kantor harus di tata sedemikian rupa untuk terciptanya kenyamanan bagi karyawan saat melakukan kegiatan di dalam ruangan kantor serta mempermudah pengawasan manajer terhadap para karyawan yang sedang bekerja.  Tata ruang kantor dan penggunaan peralatan yang tidak memenuhi syarat akan berdampak buruk bagi kesehatan karyawan dan akan berakibat pada menurunnya produktivitas kerja dari masing-masing karyawan tersebut.
          Ergonomi memiliki keterkaitan dengan kesehatan terutama pada kesehatan pada sistem kerja karena kesehatan itu merupakan sasaran utama dari penerapan sistem ergonomi dan merupakan syarat agar produktivitas kerja meningkat.  Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan, pegawai, serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia (Nurmianto, 2004).  Berkaitan dengan perancangan areal atau stasiun kerja dalalm industry, maka ada beberapa aspek ergonomi yang harus dipertimbangkan, yaitu sikap dan posisi kerja, antropometri dan dimensi ruang kerja, efisiensi ekonomi gerakan dan penganturan fasilitas kerja (Wignjosoebroto, 2008).
          Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan pentingnya penerapan sistem ergonomi pada tata ruang kerja mereka, begitu juga dengan para karyawan yang mempergunakan peralatan kantor, mereka kurang memahami akan tata cara penggunaan alat-alat kantor dengan baik dan benar, sehingga seringkali terjadi kecelakaan kerja yang berakibat pada kesehatan karyawan tersebut.  Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi merupakan salah satu cara untuk menghindari ketidaknyamanan yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan kesehatan.  Hal tersebut akan menyebabkan kerugian pada biaya, waktu, efisiensi, dan efektivitas kerja.
          Dalam penerapan program kesehatan, keselamatan kerja maupun ergonomi harus diusahakan agar tugas, organisasi, dan lingkungan diserasikan dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia (to fit the tast to the man), sehingga tercipta kondisi yang sehat, nyaman, dan nyaman.
          Berdasarkan penjelasan diatas, literature ini dibuat untuk memahami secara baik mengenai penerapan sistem ergonomi di kantor serta menjelaskan hubungan antara penerapan sistem ergonomi tersebut dengan kesehatan dan keselamatan para pegawai.  Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila prinsip kesehatan, keselamatan kerja, dan ergonomi diterapkan sejak perencanaan perusahaan.

PENGERTIAN TATA RUANG KANTOR ERGONOMI
`        Tata Ruang Kantor adalah pengaturan serta penyusunan alat-alat dan perabotan kantor pada luas lantai dan ruangan kantor yang tersedia untuk memberikan sarana bagi pegawai.  (Ida, 2008:142)
          Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari  perilaku manusia dalam pengaturan situasi kerja demi keuntungan pegawai dan atasan.  Ilmu ini berupaya untuk menyerasikan mesin dengan pegawai (Harrington, 2004:9).
          Jadi, tata ruang kantor ergonomi adalah hubungan antara manusia dengan alat-alat kantor yang dipergunakan secara efisien demi terciptanya kenyamaan bagi para pegawai.


TUJUAN TATA RUANG KANTOR
          Setiap kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi tentu memiliki tujuan tersendiri.  Dalam menata ruang kantor ada beberapa tujuan yang hendak dicapai.  Menurut (The Liang Gie, 2000:188-189) tujuan tersebut yaitu:
a.         Pekerjaan di kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak yang sependek mungkin.
b.         Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar.
c.         Segenap ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan.
d.        Kesehatan dan kepuasan kerja pegawai dapat terpelihara.
e.         Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan.
f.          Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi itu.
g.         Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan.
Berkenaan dengan tujuan tata ruang kantor, Ida Nuraida (2008:142-143) memberikan rumusan sebagai berikut:
a.         Menggunakan ruangan yang ada guna dimanfaatkan untuk faedah ekonomis yang besar.
b.         Memudahkan pengawasan manajer terhadap para staf yang sedang bekerja.
c.         Memudahkan arus komunikasi dan arus kerja.
d.        Memberikan kepuasan dan kenyamanan kerja.
e.         Menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pegawai seperti konputer, telepon, teleks, intercom, facsimile, e-mail, dan pelayanan lainnya yang menyangkut pelayanan rumah tangga perusahaan seperti penyedia air minum.
f.          Memudahkan setiap gerakan para pegawai dan penyimpanan arsip.
g.         Memberikan rasa aman dan keleluasaan pribadi.
h.         Menjauhkan pekerjaan yang menimbulkan bunyi keras, gaduh, dan mengganggu pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
i.           Menciptakan citra dan kesan yang baik bagi para pelanggan dan tamu perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penataan ruang kantor adalah untuk mempergunakan setiap ruangan secara optimal dan menempatkan peralatan kantor dengan sesuai, sehingga dapat mempermudah pekerjaan kantor dan membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien.  Jika ruangan kantor tidak tertata dengan baik maka prinsip efisiensi dan efektivitas dalam bekerja tidak akan terwujud, juga dapat memperlambat proses pekerjaan karena menyita waktu serta tenaga.


PENERAPAN SISTEM ERGONOMI
          Ergonomi membutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama, yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Eko Nurminanto, 2004). 
          Terdapat beberapa aplikasi/ penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi, antara lain:
1.         Posisi Kerja
Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan berdiri.  Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.  Sedangkan posisi berdiri dimana tulang belakang dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2.         Proses kerja
Para pegawai dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya.
3.         Tata Letak Tempat Kerja
Tata letak tempat kerja harus jelas terlihat pada wakti melakukan aktivitas kerja.
4.         Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban, yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya.  Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.  Berat beban yang ditetapkan oleh ILO adalah sebagai berikut:
-       Laki-laki dewasa 40 kg.
-       Wanita dewasa 15-20 kg.
-       Lelaki (16-18 tahun) 15-20 kg.
-       Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg.
          Dari pengertian tata ruang kantor ergonomi dapat kita simpulkan bahwa dengan penataan ruang kantor yang baik dan dengan menerapkan sistem ergonomi terhadap tata ruang kantor tersebut memiliki beberapa kegunaan yang berdampak baik bagi perusahaan, diantaranya:
a.         Memperbaiki performa kerja;
b.         Mengirangi waktu yang terbuang dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia;
c.         Menambah kenyamanan manusia dalam bekerja;
d.        Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja.
Sasaran dari ergonomi itu sendiri adalah untuk meningkatkan keselamatan serta kesehatan yang akan berdampak pada peningkatkan kinerja para pengguna agar dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi yang nyaman dan aman.
Peran ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.  Untuk itu menurut (Wignjosoebroto, 2003) analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
1.         Anatomi (struktur), fisiologi (pekerjaan), dan antropometri (ukuran) tubuh manusia.
2.         Psikologi dan fisiologi mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
3.         Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang, atau membuat celaka manusia.
Dengan adanya hal-hal tersebut, maka penelitian dan pengembangan ergonomi akan memeerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropometri, anatomi, dan teknologi (Wignjosoebroto, 2003).

METODE DAN PRINSIP ERGONOMI
Dalam menerapkan sistem ergonomi, terdapat beberapa metode pelaksanaan ilmu ergonomi.  Metode-metode tersebut adalah:
1.         Diagnosis.  Metode ini dapat dulakukan melalui wawacara dengan pegawai, inspeksi tempat kerja, penilaian fisik pegawai, uji pencahayaan, ergonomic checklist, dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
2.         Treatment.  Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung pada dasar pada saat diagnosis.  Membeli peralatan yang sesuai dengan fisik pegawai.
3.         Follow-up.  Dengan evaluasi yang subyektif dan obyektif.  Secara subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu, keletihan, dll.  Sedangkan secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan, dll.
Dengan memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evalusi setiap tugas maupun pekerjaan.  Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja menurut Baiduri dalam diktat kuliah ekonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu:
-            Bekerja dalam posisi atau postur normal;
-            Mengurangi beban berlebihan;
-            Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan pegawai;
-            Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
-            Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
-            Meminimalisasi gerakan statis;
-            Meminimalisasikan titik beban;
-            Mencakup jangka ruang;
-            Menciptakan lingkungan kerja yang aman;
-            Melakukan garakan, olahraga, dan peregangan saat bekerja;
-            Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
-            Mengurangi stres.
HAMBATAN PENERAPAN SISTEM ERGONOMI
Walaupun penerapan ergonomic dan K3 di perusahaan telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan, keselamatan, dan produktivitas kerja karyawan namun, ada beberapa faktor yang menghambat sulitnya menerapkan sistem ergonomi, antara lain:
1.         Manajemen perusahaan masih memberikan prioritas rendah pada program ergonomi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di perusahaan.
2.         Program yang dilaksanan lebih banyak program kuratif dibandingkan dengan program preventif.  Jadi dalam pelaksanaannya di perusahaan mengobati/ memperbaiki sesuatu yang telah tejadi (kuratif) dari pada mencegah agar sesuatu tidak tejadi (preventif).  Dalam prakteknya petugas kesehatan dan keselamatan kerja jarang berkunjung ke tempat kerja kaeyawan, sehingga mereka kurang memahami apa yang dilakukan karyawan dan akhirnya tidak mampu memberikan solusi perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Sudjana, 2005)
3.         Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja dan sistem ergonomi dari pihak perusahaan.
4.         Keterbatasan modal.
5.         Pengawasan dan penerapan sangsi yang lemah oleh pihak pemerintah.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
          Sebagaimana kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai pekerjaan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja, sehingga memungkinkan manusia akan menderita penyakit yang mungkin disebabkan oleh pekerjaannya atau menderita pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaannya.  Dengan demikian, kesehatan dan keselamatan kerja pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan ilmiah dan sekaligus suatu program yang berupaya untuk mencegah maupun memperkecil terjadinya resiko atau kecelakaan.
          Menurut (Harrington, 2004:10) ada hubungan yang sangat erat antara bagian kesehatan kerja dengan perancangan sistem ergonomi.  Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menyebabkan seorang pegawai mengalami stress dan kesehatannya menurun sehingga konsentrasi dan perhatian-perhatiannya lenyap.  Keadaan ini dapat berlanjut menjadi resiko yang besar dan akhirnya menimbulkan kecelakaan.  Faktor keluhan fisik yang menimbulkan gangguan tersebut akibat dari gerakan yang berulang-ulang, mengangkat beban yang berat, pengerahan tenaga yang berlebihan, stres, getaran, postur tubuh yang janggal, dan akibat yang terjadi dapat berupa nyeri pinggang, linu pada pergelangan tangan, bahkan menyebabkan trauma pada tulang belakang yang berakibat fatal seperti kelumpuhan (Asri Santoso, 2009).  Kecelakan keja juga bisa terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung keselamatan kerja, atau perbuatan para pegawai yang tidak membawa keselamatan kerja.  Berdasarkan hal tersebut timbul doktrin kesehatan dan keselamatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan (Effendi, 2006).
          Marihot Tua Efendi (2007:312) berpendapat, “Keselamatan dan kesehatan kerja tentu saja mudah dipahami sebagai suatu aspek penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan produktivitas kerja, sehingga menjadi suatu kewajiban dari perusahaan untuk meningkatkannya.  Sebab, bilamana dilihat dari sasaran-sasaran manajemen sumber daya manusia sebagai filosofi dalam melakukan berbagai programnya, yaitu sasaran organisasi, individu, sosial, dan fungsional, peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dari aspek organisasi akan dapat meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi, biaya-biaya akibat keselamatan kerja dan mengurangi kesalahan.”
          Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa hampir semua pekerjaan mempunyai faktor-faktor yang bisa menyebabkan kecelakaan.  Untuk menghindari resiko tersebut, yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang terjadi akibat cara kerja yang salah, maka selanjutnya hilangkan cara kerja yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut.

ANTROPOMETRI
          Antropometri berasal dar kata antropos dan metricosAntropos berarti manusia dan metricos berarti ukuran.  Jadi, antropometri adalah ukuran-ukuran tubuh manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya) maupun aktivitas dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003).   Ukuran tubuh manusia sangat bervariasi, bergantung pada umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan periode dari masa ke masa.  Pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang terpenting dari antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan desain berbagai peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja (Harrianto, 2008).

BIOMEKANIKA
          Biomekanika merupakan ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas dan termasuk dalam pembahasan ergonomi fisik.  Biomekanika dioperasikan pada tubuh manusia baik pada saat tubuh dalam keadaan statis maupun dinamis.  Peralatan yang digunakan secara langsung berhubungan dengan fisik manusia perlu adanya rancangan agar sesuai dengan keadaan biomekanika seseorang.  Karena penggunaan kekuatan otot secara berlebih untuk menggunakan suatu peralatan akan mengakibatkan cedera.  Maka untuk menghindari hal tersebut serta mengupayakan minimumnya energi yang dikeluarkan namun mencapai hasil yang optimal diperlukan penerapan biomekanika.

POSTUR TUBUH YANG ERGONOMI SAAT BEKERJA
          Postur tubuh adalah sikap dari anggota tubuh.  Postur tubuh ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda yang digunakan pada saat bekerja.  Pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh agar tetap seimbang dan mempergunakan peralatan atau benda yang dapat menunjang sikap tubuh secara baik sehingga nyaman dan aman pada saat dipergunakan.
          Pertimbangan- pertimbangan ergonomi yang bekaitan dengan postur tubuh saat bekerja dapat membantu mendapatkan postur tubuh yang nyaman bagi pegawai, baik itu saat berdiri, duduk, maupun mengangkat.  Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur tubuh tertentu yang menututnya untuk melakukan sikap tubuh tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama.  Hal ini mengakibatkan pegawai cepat lelah, dan adanya keluhan sakit pada beberapa bagian tubuh.  Untuk menghindari hal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh pada saat melakukan pekerjaan, diantaranya: (Tarwaka,2004)
a.         Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian.
b.         Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindari.  Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban diperkecil.
c.         Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh.
Postur tubuh saat bekerja terdiri dari:
1.         Sikap kerja duduk
Duduk merupakan sikap kerja dengan kaki tidak terbebani oleh beerat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.  Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri.  Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah pada punggung.  Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang bokong menyentuh bagian belakang kursi, duduklah dengan lutut tetap setinggi panggul, dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang.  Jangan biarkan kaki menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.  Selama duduk istirahatkan siku dan lengan pada kursi, serta jaga bahu agar tetap rileks (Wasisto, 2005).

Gambar 1 Sikap kerja pada saat duduk
Posisi kerja yang sering dilakukan oleh para pegawai kantoran adalah posisi duduk.  Duduk adalah sikap yang wajar bagi tubuh manusia karena dapat mengurangi kelelahan otot, kaki, punggung, dan pinggul.
Apabila dalam bekerja kita bisa duduk dengan baik dan nyaman karena menggunakan tempat duduk yang ergonomis maka kita akan merasa nyaman dalam bekerja dan bisa mengurangi rasa lelah dan memberi pengaruh positif pada kualitas pekerjaan dan juga kesehatan tubuh.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut:
a.         Kurangnya kelelahan pada kaki.
b.         Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah.
c.         Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
d.        Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/masalah apabila tidak dilakukan secara ergonomi.  Kerugian tersebut antara lain:
a.         Melembeknya otot-otot perut.
b.         Melengkungnya punggung.
c.         Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ sistem pencernaan.

2.         Sikap kerja berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja dengan posisi tulang belakang vertical dan berat badan bertumpu secara seimbang pada kedua kaki.  Bekerja dengan posisi berdiri secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaku dan hal ini akan bertambah apabila bentuk dan ukuran sepatu yang digunakan tidak sesuai.

PERTIMBANGAN ANTROPOMETRI DENGAN ERGONOMIVITAS
Akumulasi ketidaknyamanan penggunaan alat pada jangka waktu tertentu akan berdampak tidak baik bagi kesehatan penggunanya dan keselamatan (Liliana, 2007).  Tujuan pendekatan antropometri dalam perancangan alat dan perlengkapan adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja, sehingga menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara nyaman, baik, dan efisien.  Perancangan tempat kerja dan peralatan pendukungnya menjadi penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk tidak muncul.
Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia.  Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain berupa lelah, nyeri, dan pusing.  Sebaiknya, bukan manusia yang menyesuaikan dengan alat, tetapi alat yang harus disesuaikan dengan manusia sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghindari masalah yang terjadi pada manusia.

INTERAKSI ANTARA TEMPAT KERJA DAN PERALATAN KERJA DENGAN INDIVIDU
Lokasi ruang kerja adalah area fisik tempat seorang pegawai melakukan aktivitas kerja.  Tempat kerja adalah lokasi ruang kerja serta bagian dari mesin dan peralatan kerja, tempat seorang pegawai melakukan berbagai aktivitas kerja.
Salah satu penyebab terjadinya stress fisik akibat kerja adalah terjadinya ketidaksesuaian ukuran-ukuran komponen hhhhhhgmhu kerja dengan pegawai sehingga mengharuskan pegawai bekerja dengan posisi sulit seperti membungkuk, mengangkat lengan dan bahu terlalu tinggi atau aktivitas hanya dapat dilakukan hanya dengan satu lengan, dan lain lain.  Gangguan sering kali terjadi karena umumnya peralatan dan perlengkapan yang digunakan di desain dengan ukuran yang tidak sesuai.  Prinsip ergonomi yang benar mengharuskan peralatan, misalnya meja kerja, yang sesuai atau dapat disesuaikan dengan ukuran individu yang menggunakannya (Harrianto,2008).
          Peralatan yang sering pegawai dalam kantor adalah komputer.  Komputer adalah suatu alat elektronik yang dapat digunakan untuk beberapa kegiatan perkantoran, seperti menginput, memproses, dan menyimpan data.  Dengan komputer pegawai dapat dengan mudah mengerjakan berbagai tugas untuk menghasilkan suatu informasi.  Dalam mengoperasikan komputer, beberapa pegawai mengeluarkan waktu yang relatif lama dalam mengoperasikannya.  Untuk itu dalam menggunakan komputer diperlukan alat-alat penunjang yang disesuaikan oleh masing-masing individu, seperti meja, kursi, mouse, keyboard, dan layar monitor.     Peralatan-peralatan penunjang tersebut harus dipakai secara ergonomi agar dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna.
1.         Mouse
Mouse harus pada ketinggian dimana lengan, pergelangan tangan dan tangan sejajar.  Tempatkan mouse sedemikian rupa sehingga tidak perlu menggapai terlalu jauh dari jangkauan tangan.


Gambar 2. Posisi Menggunakan Mouse
2.         Keyboard
Keyboard harus ditempatkan pada ketinggian tertentu sehingga lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan berada pada posisi sejajar ketika sedang mengetik.

Gambar 3. Penggunaan Keyboard
3.         Layar Monitor
Kebijakan ergonomi konvensionaal umumya menyarankan bahwa pusat layar monitor seharusnya pada titik dimana tatapan mata jatuh secara alamiah dan monitor tidak harus agak miring untuk menyesuaikan dengan sudut pandang seseorang.  Penyangga monitor yang dapat disesuaikan akan membantu membuat penyesuaian (Anderson, 2002).  Posisikan layar monitor 50-60cm dari mata.  Letak monitor akan sangat banyak mempengaruhi posisi kepala yang berdampak teruatama pada otot-otot leher, dimana ketinggian yang berlebih akan menyebabkan nyeri pada otot leher.  Arah penglihatan untuk pekerjaan duduk adalah 32º - 44º dibawah garis horizontal mata (Suma’mur, 2009).

Gambar 4. Posisi Layar Monitor
4.          Meja Komputer
Dalam memilih meja untuk menaruh sebuah komputer, terdapat beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk meja komputer ergonomi, yaitu:
a.    Meja dibuat dekat dengan pengguna agar terhindar dari penjangkauan yang terlalu jauh.
b.    Permukaannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak memancarkan cahaya silau.
c.    Memiliki tempat pergerakan kaki yang cukup.
d.   Tinggi permukaan kerja untuk keyboard dibedakan dengan tinggi untuk monitor komputer.
e.    Mempunyai jarak yang cukup antara kursi dan monitor komputer.
Ukuran meja yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia adalah sebagai berikut:
a.    Tinggi Meja
Tinggi permukaan atas dari meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja.  Untuk sikap duduk, tinggi meja yang diusulkan adalah 64-74cm yang diukur dari permukaan daun meja sampai ke lantai.
b.    Tebal Daun Meja
Jarak antara permukaan bawah daun meja dengan permukaan atas alas duduk >15cm.
c.    Permukaan Meja
Permukaan meja harus rata dan tidak menyilaukan.
d.   Lebar Meja
Lebar meja tidak melibihi jarak jangkauan tangan pegawai.  Ukuran yang diusulkan adalah kurang dari 80cm (Laurensia, 2004).
5.         Kursi
Kursi merupakan salah satu komponen penting di kantor.  Kursi yang ergonomi dapat membantu mengatur posisi tulang belakang pada postur yang optimal dengan memberikan pendukung yang tepat.  Untuk kenyamanan dan kesesuaian yang lebih tepat, maka kursi komputer harus mengikuti  penyesuaian berdasarkan penggunanya dengan pilihan seperti:
a.    Dudukan dapat disesuaikan dengan tinggi pengguna dan tinggi permukaan meja.  Kedalaman kursi harus sesuai untuk kedua kaki, dan berjarak 1-2 inchi di antara ujung kursi dan belakang lutut.
b.    Belakang kursi memiliki persyaratan seperti: dapat disesuaikan tinggi rendahnya untuk mendukung kenyamanan tulang belakang, bentuk belakang kursi dapat disesuaikan untuk pekerjaan yang berbeda, bergerak maju atau mundur.
c.    Tinggi lengan kursi harus sesuai dengan tinggi lengan pengguna, lebar yang dibutuhkan utamanya sesuai dengan pengguna atau rata-rata pengguna.
Ukuran kursi yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia adalah:
a.    Tinggi Alas Duduk
Diukur dari lantai sampai permukaan bagian depan alas duduk.  Ukuran yang dianjurkan adalah 38-54cm.
b.    Panjang Alas Duduk
Diukur dari permukaan garis proyeksi permukaan dengan sandaran duduk pada permukaan atas alas duduk sampai ke bagian depan alas duduk.  Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung.  Ukuran yang dianjurkan adalah 40cm.
c.    Lebar Alas Duduk
Diukur pada garis tengah dengan alas duduk melintang.  Lebar alas duduk harus lebih besar dari pada pinggul.  Ukuran yang dianjurkan adalah 40-44cm.
d.   Sandaran Pinggang
Sandaran pinggang bagian atas tidak melebihi tepi bawah ujung tilang belikat, bagian bawah setinggi garis pinggul, tinggi sandaran tidak melebihi tinggi bahu dan leher sandaran pinggang lebih kecil atau sama dengan bahu.
Tips ergonomi bagi pegawai dalam penggunaan komputer:
1.         Menggunakan kursi yang bagus dam mempunyai sandaran;
2.         Bagian atas monitor hendaknya 5-8 cm diatas mata;
3.         Monitor tidak silau;
4.         Kursi mempunyai sandaran bagi tangan;
5.         Kaki dapat diletakan di lantai dan dapat pula diletakan pada footrest;
6.         Menggunakan sandaran dokumen;
7.         Permukaan datar dan lurus;
8.         Tangan dan siku dekat dengan badan;
9.         Layar monitor dan keyboard berada tepat di tepan pengguna;
10.     Sebaiknya sering melakukan istirahat singkat (senam atau jalan-jalan ringan).

KESIMPULAN
Tata ruang kantor bertujuan untuk mempergunakan setiap ruangan secara optimal dan menempatkan peralatan kantor dengan sesuai, sehingga dapat mempermudah pekerjaan kantor dan membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien.  Jika ruangan kantor tidak tertata dengan baik maka prinsip efisiensi dan efektivitas dalam bekerja tidak akan terwujud, juga dapat memperlambat proses pekerjaan karena menyita waktu serta tenaga.
Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pegawai saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
Dengan diterapkannya sistem ergonomi dalam bekerja, maka akan menciptakan keadaan fisik yang lebih sehat, serta mengurangi angka kecelakaan dan kelelahan pada saat bekerja.  Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang bekaitan dengan postur tubuh saat bekerja dapat membantu mendapatkan postur tubuh yang nyaman bagi pegawai, baik itu saat berdiri, duduk, maupun mengangkat.

DAFTAR PUSTAKA
Nurminanto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Lutfi, dkk. 2013. Artikel “Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja” dalam jurnal Teknologi
       Pertanian Volume 14 No. 1 April 2013 halaman 57-64.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.

Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.

Tarwaka, Solichul HA, dkk.. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas.
       Surakarta: Uniba Press.

Setyawan, Febri Endra Budi. Dalam jurnal Penerapan Ergonomic Dalam Konsep Kesehatan Volume
       7 No. 14 Januari 2011 halaman 39-50.

Liliana, Y.P., dkk..  2007. Pertimbangan Antropometri dengan Ergonomivitas. Jakarta: BAPETEN.

Nuraida, Ida.  2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.

Anggriani, Niniek dan Dyan Agustin. Artikel “Desain Kursi Kerja Berkaitan Dengan Unsur
       Kesehatan Tubuh dan Peningkatan Kualitas Kerja” dalam jurnal Rekayasa Perencanaan Volume
       1 No. 2 Februari 2005 halaman. 1-7.

Gie, The Liang. 2007. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wasisto, S. W. 2005. Bekerja dengan Komputer Secara Ergonomis dan Sehat. yang tersedia dalam
       
http://www.wahanakom.com/infotek/ergonomis.html  (31 Desember 2014).

Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.

Surya, Roberta Zulfhi. 2013 Artikel “Penggunaan Data Antropometri dalam Evaluasi Ergonomi pada
       Tempat Duduk Penumpang Speed Boat Rute Tembilahan - Kuala Enok Kab. Indragiri Hilir
       Riau” dalam jurnal Malikussaleh Industrial Engineering Journal Volume 2 No.1 halaman 4-8.

Al-Kindi, Ashraf A. Shikdar Mahmoud A.. 2007. Artikel “Office Ergonomics: Deficiencies in
       Computer Workstation Design” dalam jurnal International Journal of Occupational Safety and
       Ergonomics (JOSE) Volume 13 No. 2 halaman 215–223.












1 komentar:

  1. Tioga-Titanium-Arts - Titanium-Arts - TITNIA ART
    Tioga-Titanium-Arts in the T. Tioga-Titanium-Arts in trekz titanium pairing the T. Tioga-Titanium-Arts in the how strong is titanium T. Tioga-Titanium-Arts in used ford escape titanium the titanium white fennec T. T.Tioga-Titanium-Arts in the T. Tioga-Titanium-Arts in the T. Tioga-Titanium-Arts in the T. titanium dioxide sunscreen Tioga-Titanium-Arts in the T.Tioga-Titanium-Arts in the T. Tioga-Titanium-Arts in the T.

    BalasHapus